Langsung ke konten utama

Postingan

Unggulan

Ayah yang mencintai hujan

“Ibumu adalah hujan. Rinainya tanda cinta. Angin yang kau hirup setelah hujan adalah nafasnya. Rintiknya berarti ia sedang tersenyum, mengamati awan-awan mungil yang menari patah-patah. Derasnya tak berarti murka. Ia hanya kesal karena panas terlalu lama menyengat. Ia sendu karena kamu penuh peluh dan tanaman akasia di halaman rumah yang layu. Ketika tetesnya terhenti dan terganti dengan rona pelangi, bisa jadi ia sedang tersipu malu karena melulu kugombal dengan lagu rindu. Oleh karena itu ketika hujan turun, lagu ini akan selalu kudendangkan agar ibumu pamit dengan wajah yang cantik”. Lalu ayah kembali menyanyi lagu rindu karya dia sendiri. Menikmati rintik-rintik hujan di teras rumah kami, menyilangkan kakinya di kursi rotan tua yang sesepuh dirinya. Kepulan asap dari secangkir teh panas yang belum tersentuh menjadi penghangat cuaca yang mulai dingin sore ini. Ia menyanyi dan bersenandung sambil memejamkan matanya. Ayah pernah bercerita bahwa Ibuku adalah hujan. Ayah bertemu c

Postingan Terbaru

Pundak seorang raksasa